secangkir coffee

Coffee. Iya itulah kata yang sudah menjadi budaya di berbagai kalangan, dari kalangan remaja, mahasiswa, petinggi bahkan pejabat yang memang notabennya suka coffee. Coffee memang terkadang mempunyai filsafat tersendiri bagi sebagian kalangan. Kadang kala coffee itu bisa bermakna inspirasi, ide, ataupun semacamnya. Tergantung orang yang menilai akan perspektif secangkir coffee. Zaman sekarang coffee identik dengan dunia mahasiswa khususnya aktifis yang backgrondnya mempunyai banyak kegiatan dan aktifitas. Secangkir coffee memang sudah menjadi ha yang biasa bahkan ada yang menjadikan meminum secangkir coffee menjadi wajib karena dengan meminum coffee otak maupun ide yang kita tunggu-tunggu muncul dengan perantara minum secangkir coffee.

Mungkin pernyataan di atas sulit di percaya bagi sebagian golongan masyarakat. Mengapa demikian ? mungkin faktor yang mendasar karena mereka yang merasa tidak cocok dengan pernyataan di atas jarang meminum coffee walaupun secangkir. Inilah yang membedakan perspektif seseorang tentang makna secangkir coffee. Secangkir coffee memang memberikan inspirasi tersendiri bagi dunia mahasiswa. Mahasiswa yang notabennya sering minum secangkir coffee atau nongkrong bareng biasanya ketika berbicara about pengetahuan atau wacana pengetahuan mindset semakin tajam dan mendalam. Ketahuilah bahwa sekelompok orang yang memang suka minum coffee bersama-sama di warung coffee biasanya mayoritas berdiskusi akan sebuah masalah yang faktual di zaman ini.

Di berbagai daerah yang sebagian besar mahasiswa 80 % mereka “ mahasiswa” sering nongkrong bareng. Karena dengan nongkrong barenglah indahnya sebuah kebersamaan dan keharmonisan kekompakan akan bernilai positif. Indahnya kebersamaan dalam secangkir coffee memberikan kesan tersendiri bagi kelompok mahasiswa.

HAM Barat Vs HAM Islam

Dari judul di atas, penulis yakin mindset yang ada dalam benak para pembaca yang mulia tidak lain hanya sebuah istilah untuk duet atau bertarung. Mengapa demikian ? ya. Karena istilah versus ( vs ) adalah konotasi yang cenderung untuk bertarung antara dua kubu atau kelompok yang berselisih. Tetapi perlu di ketahui bahwa konteks tersebut adalah konteks yang penulis gunakan adalah to understands about rule of human rights in this era ( untuk memahami peran HAM pada zaman sekarang ).

Pada zaman ini, sedikit sekali pemahaman generasi bangsa seputar hak asasi manusia (HAM) seolah-olah wacana seputar HAM tidak begitu penting untuk dibicarakan. Padahal kalau kita melihat akan perkembangan sebuah international knowledge ( pengetahuan dunia internasional ) pembahasan seputar hak asasi manusia (HAM) sangatlah hangat untuk di bicarakan dan juga di perdebatkan oleh berbagai kalangan. Dari masalah asal muasal HAM, karakteristik HAM, konsep HAM versi barat dan juga versi islam dan juga undang-undang yang mengatur akan hal tersebut. Arus dinamika problematika yang ada dalam ranah HAM haruslah banyak yang mengetahui dan juga mempunyai sifat konstruktif dan juga transformatif dalam konteks HAM di belantika tanah air ini.

Embrio dari HAM yang telah mendarah daging se antero jagad raya seharusnya dan bahkan wajib kita ketahui secara komprehensif dari segi history. Kita sering mengaplikasikan  akan sebuah konsep HAM tetapi yang sangat di sayangkan kita masih belum mempunyai banyak pengetahuan dan juga ilmu akan bagaimana hak asasi manusia itu muncul.

Menurut buku ensiklopedi hukum islam, ide, gagasan seputar HAM muncul dan juga tumbuh pada abad ke 17 dan juga abad ke 18 karena reaksi terhadap keabsolutan raja dan kaum bangsawan ( foedal ) di zaman tersebut terhadap rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan dalam hal ini adalah masyarakat bawah. Masyarakat bawah tidak mempunyai hak-hak yang bersifat kemanusiaan. Mereka “ masyarakat bawah ” di perlakukan sewenang-wenangnya tergantung apa yang mereka “ penguasa ” inginkan sebagai seorang budak yang telah dikomersilkan. Dari sinilah timbul sebuah ide dan juga gagasan sebagai reaksi terhadap keadaan yang tidak manusiawi tersebut. Karena mereka “masyarakat bawah ” juga sama-sama manusia yang mempunyai pangkat, hak dan kedudukan yang sama dengan lapisan atas dalam hal ini adalah para penguasa. Dari sinilah sebab embriologi ide untuk menegakkan hak asasi manusia (HAM).

Memang seperti telah banyak kita ketahui bersama, bahwa HAM sendiri itu biasanya kita semua ucapkan tidak lain adalah HAM versi islam. Pertanyaannya. Apakah ada HAM yang versinya non islam / barat ? jawabannya adalah ada. Apabila kita flashback mindset kita ke ranah historinya terlebih dahulu, sebagaimana apa yang telah dijelaskan dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, bahwa konsep dari HAM modern itu merupakan jelas dari sebuah kreasi barat. HAM tersebut lahir dari rahim modernitas barat. Ketika teori sekuler modern tentang hukum alam itu diperluas cakupannya sehingga muncullah kesepakatan luas tentang prinsip mengenai hak-hak alamiah dasar dan di sisi lain, teori ini di dukung oleh revolusi perancis ( 1789 – 1799 ), revolusi amerika dan berakhirnya perang dunia II ( 1939 – 1945 ) dengan kekalahan fasisme, jerman, italia dan jepang.

Prinsip tersebut telah ditetapkan dalam piagam perserikatan bangsa-bangsa ( PBB )pada 1945 dan prinsip inilah yang kemudian dielaborasikan secara lebih sistematis dalam the universal declaration oh human rights ( UDHR, Deklarasi universal tentang HAM ). Sedangkan konsep HAM versi islam yang paling terkenal adalah al bayan al ‘alamil huququl insan fil islam ( Deklarasi universal seputar hak asasi manusia dalam perspektif islam ). Deklarasi yang diumumkan pada semtember 1981 di paris ini dipersiapkan oleh beberapa negara muslim di antaranya mesir, pakistan, arab saudi di bawah perlindungan penguasaan islamic council of europe ( dewan islam eropa ), sebuah organisasi swasta yang bermarkas di london dan berafiliasi dengan liga dunia arab.

Begitulah sekelumit tentang explanation about human rights ( penjelasan seputar HAM ) yang dapat di tulis oleh penulis dan juga bisa diungkapkan dengan bahasa yang insyaallah bisa di fahami dan di cerna oleh fikiran kita semua sehingga sciense of human rights ( ilmu akan HAM ) bisa terkontribusikan kepada generasi anak bangsa yang kini masih buta akan wacana HAM.

Kesalahpahaman tentang Tuhan

Dalam kehidupan beragama baik agama islam maupun non islam telah mengajarkan tentang sebuah keyakinan khususnya tentang keberadaan Tuhan. Banyak sebagian orang yang mengatakan bahkan memahami bahwa Allah bertempat seperti bertempatnya makhluk hidup.Ini merupakan sebuah keyakinan yang bertentangan dengan Al-Qur’an maupun As-Sunnah.Ulama’ Ahlu as Sunnah wal Jama’ah telah membahas masalah ini dalam berbagai forum, diklat bahkan pengajian-pengajian umum guna meluruskan keyakinan bahwasanya Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dan tidak menempati suatu Arah. Pada zaman sekarang banyak artikel-artikel maupun kitab-kitab yang covernya bertemakan islami tetapi tidak disangka-sangka isi bahkan pemahaman yang ada di dalamnya sangatlah bertentangan dengan ajaran yang tertera dalam Al-Qur’an maupun Hadist Nabi

Selaku generasi muslim yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, marilah kita luruskan keyakinan yang melenceng seperti ini. Banyak organisasi-organisasi yang membuat statement bahwasanya Tuhan menempati Ars (makhluk Allah yang paling besar bentuknya ) setelah Tuhan menciptakan bumi dan seisinya.Ini adalah sebuah statement yang sudah terkenal di kalangan masyarakat sekitar.Memang dalam Al-Qur’an telah disebutkan dalam beberapa surat bahwasanya hal demikian memang tertulis dalam kitab suci tetapi kita selaku muslim yang tidak mau menerima suatu statement tanpa alasan yang benar dan sesuai dengan kitab-Nya. Banyak dalam Al-qur’an ayat-ayat yang secara tekstual bermakna demikian. Dalam ajaran agama ayat – ayat tersebut tidak lain hanyalah ayat mutasyabihat yaitu ayat-ayat atau dalil al-quran yang maknanya lebih dari satu dan membutuhkan pentakwilan yang tepat oleh ayat-ayat muhkamat. Sedangkan ayat mutsyabihat itu juga mempunyai lawannya yaitu ayat muhkamat. Ayat muhkamat adalah ayat-ayat atau dalil al-qur’an yang maknanya sudah jelas kalau lafad tersebut tidak ada muradif kalimat yang tepat dan cocok untuk Allah.

Dalam menyingkapi masalah ini. Ulama’ ahlu sunnah wal jama’ah memberikan rumusan atau lebih gampangnya kita kenal dengan sebutan kaidah kaidah. Banyak kaidah kaidah yang berhubungan dengan masalah ini. Masalah ini tidak boleh di anggap remeh karena masalah ini merupakan masalah I’tiqod ( keyakinan ) kepada sang Khaliq. Kita butuh kaidah atupun ayat yang bisa meluruskan masalah ini. Sekarang banyak orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada di mana-mana, tuhan tidak adil ataupun terserah yang di atas. Ucapan ucapan demikian memang sangat sering di ucapkan oleh banyak kalangan.

Ucapan ucapan tersebut haruslah di benarkan oleh mereka yang mengetahui ajaran agama dengan benar. Kita katakana pada mereka Tuhan itu bukan ada di mana mana. Kalau memang tuhan ada di mana mana berarti tuhan menempati suatu tempat padahal sangat tidak masuk akal seorang pencipta sesuatu menciptakan sesuatu kemudian menempatinya. Kalau memang statement tersebut di pahami berarti tidak jauh beda dengan makhluk. Statement Ini secara logika saja sudah tidak masuk akal. Sedangkan ayat al-qur’an juga membahas permasalahan ini dalam surat As-Syura ayat 11. Banyak ulama’ ahlusunnah yang memberikan penjelasan yang benar dan sesuai dengan isi kandungan al-qur’an dan hadist nabi. Mereka para Ulama’ menyatakan bahwa Allah selaku pencipta ala mini tidak mungkin bahkan mustahil menyerupai ciptaan-Nya dan juga Dia tidak di liputi oleh 6 arah penjuru.

komunikasi dalam masyarakat

Komunikasi memang salah satu alat untuk menyambung lidah antara yang lainnya. Inilah perspektif yang sudah kita semua fahami. Konteks komuniasi memang sudah banyak di jelaskan di berbagai buku-buku, artikel, jurnal ataupun selainnya. Komunikasi memang bisa dikatan sebagai format berbicara dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak di pungkiri lagi bahwa komunikasi memang sangat diperlukan oleh berbagai kalangan. Berbagai teori komunikasi yang di utarakan oleh para ahli maupun tokoh di belahan dunia bertujuan untuk memperhalus akan pemahaman seputar komunikasi. Pentingnya akan substansi komunikasi memang harus di pelajari dengan baik. Pemahaman yang bagus dan berlandasan teori yang relevan dalam praktek lapangan dalam konteks komunikasi akan berimbas pada baik buruknya sebuah komunikasi dalam bermasyarakat.

Komunikasi dalam prespektif universal memang sering di fahami bahwa komunikasi tidak lain hanya sebuah fasilitas seseorang dengan sekelompok masyarakat yang ada di sekitar. Inilah first definision yang sudah melekat dalam benak dan akal fikiran orang di berbagai kalangan masyarakat. Masyarakat yang sering memberikan sebuah pernyataan yang masih relatif umum juga harus faham dulu akan konsep teori komunikasi dalam berbagai bidang. Bidang hukum juga bisa memberikan konsep tersendiri, bidang budaya, bidang politik, bidang pendidikan juga masing-masing memberikan nilai dan teori tersendiri seputar komunikasi.

Dalam hal ini, masih minim di ungkapkan akan manfatat komunikasi dalam masyarakat luas dan juga dalam konteks mahasiswa. Manfaat yang sering muncul karena sebuah komunikasi yang baik akan tertanam pada jiwa seseorang yang sering menggunakan komunikasi terhadap sesama. Komunikasi yang sering dilakukan lambat laun akan mengimprove dengan sendirinya dikarenakan sebuah kebiasaan untuk selalu berkomunikasi setiap saat. Memang telah banyak telah kita ketahui bersama, bahwa komunikasi kalau tidak kebiasaan memang sulit untuk di aplikasikan secara gamblang. Butuh step by step dalam berkomunikasi apalagi dengan harapan mendapatkan komunikasi yang baik dan berdasarkan teori yang ada. Ini juga membutuhkan sebuah kerja keras dalam berkomunikasi sehingga lambat laun apa yang di harapkan dalam teori komunikasi semakin baik dan sesuai dengan teori yang ada yang di nukil oleh para ahli komunikasi.

Manfaat komunikasi seringkali menjadi problems untuk berbagai kalangan. Dinamika yang ada dalam teori tersebut khususnya dalam teori komunikasi mengantarkan kepada konsep berkomunikasi yang tertata sehingga apa yang di komuniasikan bisa sesuai apa yang ada dalam tataran teori tersebut. Di sisi lain juga telah banyak di sebutkan bahwa manfaat komunikasi bagi kalangan masyarakat juga bisa menimbulkan sebuah jalinan kebersamaan dalam bersosialisasi dengan yang lain sehingga rasa keharmonisan dalam bermasyarakat terjalin dengan sejahtera dan tentram dengan teraplikasinya komunikasi yang baik dengan yang lainnya. Masyarakat juga seringkali menyepelekan akan hal yang bersifat kecil seperti, mengucapkan kalimat yang memang jarang di dengar, menyapa dengan memakai konsep komunikasi dan masih banyak yang lainnya.

Dinamika komunikasi sesuai dengan konteks masyarakat memang harus di perhatikan dengan seksama karena masyrakat juga ada yang masih belum mengetahui akan what the communication. Mayoritas dari mereka hanya memahami secara aplikatif seputar komunikasi secara universal. Inilah tugas kita semua selaku agen of change dalam belantika tanah air di Indonesia. Keanekaragaman sebuah culture dapat juga mempengaruhi akan komunikasi dalam permukaan masyarakat pada umumnya.

Dinamika yang ada dalam permukaan masyarakat juga differents dengan apa yang ada dalam dunia mahasiswa pada umumnya. Keberbedaan inilah yang akan menghantarkan seorang mahasiswa di tuntut untuk selalu memahami akan dunia perbedaan yang sering terjadi dalam ranah seorang mahasiswa di belantika tanah air. Teori komunikasi yang ada dalam permukaan mahasiswa juga sering mempunyai perspektif berbeda-beda. Mayoritas dari mahasiswa juga masih confuse akan konsep komunikasi yang baik. Tetapi meraka selalu menggunakan aplikatif theory dalam bersosialisasi dengan teman atau kerabat yang lainnya.

Di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, banyak buku yang menjelaskan bermacam-macam teori komunikasi di berbagai bidang keahlian. Ketika kita ingin browse internet akan masalah teori komunikasi that’s way banyak muncul bermacam-macam teori seputar komunikasi. Inilah zaman yang sudah canggih dengan teknologi. Tinggal kita dan generasi bangsa Indonesia menggunakan teknologi yang canggih ke dalam hal yang bersifat positif untuk mengembangkan skill of learning.

pentingnya sebuah pertanyaan dalam presentasi

Question ( pertanyaan ) dalam forum ilmiah  memang mempunyai nilai yang amat sangat penting dalam forum tersebut. Pertanyaan yang sering muncul dari beberapa kalangan atau audiens memang muncul secara otomatis dalam benak dan fikirannya. Presentator atau narasumber memang sering mengalami sebuah pengalaman yang bisa dikatakan kaget dengan sebuah pertanyaan dari audiensi. Pertanyaan aneh dan menyimpang dari pembahasan acap kali menghampiri para pemateri yang sedang memaparkan sebuah title. Ketidakcocokan pertanyaan yang melontar dari mulut audiensi sering di anggap tidak relevan oleh sebagian besar para pemateri dalam sebuah forum maupun kajian-kajian ilmiah. Inilah kenyataan yang terjadi dalam dunia forum diskusi ilmiah di berbagai instansi kajian ilmiah.

Kajian ilmiah ataupun workshop sering memberikan sebuah ( knowledge ) pengetahuan yang bersifat universal sehingga fikiran ataupun mindset seseorang terdorong untuk selalu bertanya kepada seorang pemateri ataupun narasumber. Keantusiasan seseorang dalam bertanya dalam sebuah forum maupun kajian haruslah di berikan apresiasi tersendiri oleh narasumber karena tidak semua orang dari berbagai kalangan bisa bertanya ketika forum itu terlaksana. Kadang kala seseorang yang ingin bertanya tetapi grogi akan mau bertanya sehingga orang tersebut tidak ingin bertanya. Beginilah keadaan yang sudah menjadi culture dalam masalah diskusi ataupun workshop ilmiah dan juga kajian-kajian ilmiah.

Diskusi ataupun workshop yang bersifat ilmiah yang diperuntukan oleh berbagai golongan inilah yang akan mengangkat harkat dan martabat jiwa dan ruh bangsa akan jiwa yang haus akan diskusi dan bertanya. Karena hakikatnya bertanya dalam sebuah forum dan workshop itu akan menambah akan ( sciens and knowledge ) ilmu dan pengetahuan jiwa dan generasi bangsa indonesia. Generasi bangsa yang aktif akan diskusi tidak menutup kemungkinan mereka akan bisa memakmurkan bangsa dengan konsep kritisnya.

Pendidikan bagi anak didik bangsa

Pendidikan memang mempunyai peranpenting bagi generasi bangsa Indonesia sekarang atau untuk masa depan Negara kita tercinta ini. Negara yang penuh dengan dinamika problems dari berbagai bidang. Generasi Indonesia memang haruslah membutuhkan sebuah generasi yang paham akan keadaan Negara dan juga bias memahami akan konteks dimana dia sekarang berada. Keberadaan generasi bangsa atau bias dikatakan anak didik bangsa sangatlah di butuhkan untuk bisa memberikan sebuuah kontribusi bagi negaranya yang kian lama kian merosot akan dunia pendidikannya di saat ini.

Generasi bangsa yang sekarang masih dalam perjalanan ke dalam proses pembelajaran masih dalam proses pemahaman akan pendidikan di Indonesia ini. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami degradasi negative dalam ranah pendidikan yang sebenarnya. Berbagai referensi dan artikel seputar dunia pendidikan telah menyebar di berbagai daerah. Keberedaan dunia pendidikan yang saat ini mengalami keterpurukan haruslah di improve dengan berbagai kegiatan dan acara yang bisa mengembangkan dan meningkatkan akan kualitas dunia pendidikan untuk lebih maju dan terpercaya dalam Negara ini. Memang seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwasanya dunia pendidikan seringkali mencorehkan ketidaksesuaian akan apa yang di tampilkan di anak bangsa ini.

Pendidikan untuk anak bangsa atau generasi bangsa memang salah satu hal yang vital dan juga hal yang sangat berpengaruh dalam ranah pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Generasi yang seharusnya di dasari akan pondasi-pondasi keilmuan yang bisa menuntutnya ke dalam pendidikan yang memang mempunyai kontribusi positif untuk kalangan anak bangsa. Memang seperti banyak di ungkapkan oleh banyak para ahli, dari ahli pendidikan atau istilahnya tokoh pendidikan, politisi pemerintah dan berbagai kalangan masyarakat juga mengungkapkan akan pentingnya pendidikan bagi generasi bangsa di tinjau dari kebutuhann sekarang ini. Memang banyak masalah dan dinamika dalam dunia pendidikan saat ini, tetapi apakah dengan masalah yang semakin larut semakin memperburuk akan citra dan martabat bangsa kita ? pasti tidak mungkin dengan masalah yang timbul dalam dunia pendidikan kita tidak mau dan tidak akan belajar dengan baik dan giat sehingga dengan belajar yang rajin dan giat kita akan memperbaiki citra pendidikan bangsa ini.

Generasi bangsa yang sekarang ini tengah di harapkan oleh bangsa ini untuk memimpin bangsa telah mempunyai visi dan misi tertentu dan juga berbeda dengan yang lainnya. Keperbedaan inilah yang akan mengantarkan pendidikan di Indonesia ini menjadi lebih bermakna dan bernuansa keilmuaan ketika genarasi bangsa atau anak didik bangsa telah mencapai apa yang di harapkan dalam bangsa ini. Kecapaian anak didik bangsa atau generasi bangsa tidak mudah seperti membalik tangan saja, tetapi di butuhkan perjuangan yang sangat berat untuk mengembalikan citra dan kualitas pendidikan bangsa ini. Inilah tugas dan peran generasi bangsa untuk mengembalikan akan ruh pendidikan yang sekarang telah melayang ke tangan-tengan yang tak bertanggungjawab sehingga tinta hitam dalam pendidikan telah tercoreng dengan perbuatan yang tidak seharusnya di lakukan.

Akhir-akhir ini, pendidikan semakin tercoreng dengan addanya kegiatan tahunan, yaitu ujian nasional dari berbagai tingkat pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Ujian nasional yang memang sudah menjadi budaya dan juga peraturan pemerintah sekarang telah mengalami banyak ketidaksesuaian dalam aturan maupun undang-undang yang telah di sepakati oleh banyak pihak. Ketidakcocokan perbuatan yang mencoreng citra dunia pendidikan bangsa ini telah banyak di lakukan oleh orang yang tak bertanggungjawab dalam perspektif ujian nasional. Inilah salah satu perbuatan ataupun kegiatan yang memberikan kesan tersendiri dalam dunia pendidikan di dunia pendidikan sekarrang.

Berbagai solusi dan inisiatif telah di keluarkan oleh para petinggi Negara ini untuk membahas dan memberikan jalan yang terbaik dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Kebocoran soal ujian memang sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia ujian nasional di Negara ini. Tetapi apakah dengan kebocoran soal terus menerus selalu memberikan kesan jelek bagi dunia pendidikan saat ini ? sangat tidak, dunia pendidikan tidak akan bisa disalahkan tetapi yang harus di perhatiakn gerak geriknya tidak lain hanya pejabat yang terdapat dalam lembaga pendidikan yang ada di Negara ini. Kenapa bisa terjadi kebocoran soal ujian setiap tahun kalau memang gsoal ujian di sebut rahasia ? mungkinkah orang-orang dalam yang memberikan jalan busuk tersebut ? jawabannya adalah pasti ada orang dalam yang memberikan bocoran soal terhadap orang-orang yang membayarnya. Dengan uangpun soal ujian yang bersifat rahasia Negara bisa dibocorkan karena adanya money politik terhadap orang-orang dalam.

الخصائص الأدب العربي فى عصر الأندلسي

المقدمة

كما عرفنا بأن الفتح الأندلس إستمرارا لحركة الفتح العامّة لنشر الدعوة. ثم كان العرب يخافون ان يثب القوط و الإفرنجة – ومن ورائهم الروم – على إفريقية من جديد. ويبدو أن يليان كان رجلا من الأفارقة وزوجا لبنت غيطشة ( ملك القوط الشرعى المخلوع ) واليا من قبل القوط على سبتة. وكذلك كان ناقما على لذريق ملك القوط المغتصب. وقام يليان بمفاوضة موسى بن نصير لتسهيل فتح الأندلس على العرب. وبعد أن أرسل موسى بن نصير حملتين استكشافيتين فى عامين متواليين بقيادة يليان ( 90 ه ) ثم بقيادة مولاه طريف ( 91 ه ) أرسل حملة للفتح ( 92 ه = 711 م ) بقيادة مولاه طارق بن زياد.

فى سنة 92 للهجرة افتتح موسى بن نصير وعامل الوليد بن عبد الملك على أفريقية مولاه طارق بن زياد جزيرة الأندلس, فصارت بذلك عمالة أموية, يولى عاملها من قبل الخليفة تارة ومن الوالى بالقيروان أخرى, وبقيت تحت سلطانهم إلى سنة 138 أى ( 46 ) عاما تولى الإمارة فيها ( 20 ) عاملا, وانقضى رجل هذه المدة فى فتح وجهاد, وقتال وجلاد, وباقيها فى خلاف شديد ونزاع مبيد, وفتن داخلية, أشدها ما كان بين اليمانية المضرية, وهم السواد الأعظم من سكانها.

وفى سنة 138 للهجرة أتى عبد الرحمن الداخل بن معاوية بن هشام بن عبد الملك ومولاه بدر هذه البلاد (فارا من عسق العباسيين, وبغيهم على أشراف الأمويين وأعوان دولتهم, والتنكيل بمن يظفرون به من أبناء الخلفاء, والتضييق ونصب الحبائل لهم فى كل صقع وواد).

فأسس فى جزيرة الأندلس دولة أموية عربية, لتقوم مقام دولتهم بالمشرق التى بنى العباسيون على أنقاضها ملكهم الفخم, وسلطانهم الضخم, وساعده على ذلك عزيمة صادقة, وشيعة أموية, وفتن مستحكمة بين القحطانية والعدنانية, من جراء تولية الإمارة, وتملك مقاليد الزعامة. واستمرت تلك البلاد خاضعة لهم, إلى سنة 242 أى ( 284 ) سنة تولى فيها من الأمراء والخلفاء (15) رجلا, قطعت فيها الدولة من الحضارة والغضارة والرقى الحسى والمعنوى شوطا طويلا, وسارت فيه إلى أبعد غاية وأقصى مدى.

ثم ضعف سلطانهم, (سنة الله فى خلقه) فاستقلت أطرافها, وتغلب فى كل جهة منها متغلب من العرب والموالى والبربر, وتقسموا ألقاب الخلافة فيما بينهم : فمن مقتدر إلى معتضد, ومن مستعين إلى معتمد, حتى كثرت الألقاب, وتعددت الخلافات فذهبت بهجتها و قلت روعتها, وقال فيها شاعرهم :

ممايزهدنى فى أرض أندلس          تلقيب معتضد فيها ومعتمد

ألقاب مملكة فى غير موضعها       كالهر يحكى انتفاخا صولة الأسد

وهؤلاء هم المسمون فى تاريخ البلاد (ملوك الطوائف), وقد كانوا (على كثرتهم) يفاخر كل منهم جاره, ويسعى فى الفوق عليه بترقية بلاده, واتساع رقعتها, وبسط نفوذه على مجاوريه بالقتال الدائم, والنزاع المستمر, مما سهل للعدو طريق الوصول إليهم, والتغلب عليهم. ودامت دولتهم إلى سنة 383 أى (62) سنة.

ومن أشهر ملوكهم : بنو عباد بإشبيلية, وبنو الأفطس ببطليوس, وابن ذى النون بطليطة, وبنو هود بسرقسطة, وليب العامرى بطرطوشة, والمنصور المعافرى ببلنسية.

 

البحث

الخصائص العامّة فى الأدب فى العصري الأندلس

اقام العرب فى ربوع الأندلس نحوأ من ثمانيّة قرون فعرفوا فيها أرضاً جديدا و مجتمعا جديدا و حيّاة جديدةً و ظروفا تختلف تمام الاختلاف عن الظروف التي كانت للمشارقة. فلم يكن من تأثّر الأدب الأندلسي بهذه الحياة الجديدة و بيئتها فتكون له خصائص مستمدة منها, ساعدت ظروف العصر على تبلورها و استتبابها. و لقد مرّ الأدب الأندلسى بثلاثة مراحل  :

        أولّها كانت مرحلة تقليد صرف, نحا فيها الأندلسيون نحو المشارقة و الثانية كانت مرحلة انتقال, ظهرت فيها معالم تجديديّة لكنّ التقليد بقي مسيطراً عليها. أماّ الثالثة فمرحلة تجديد, تحررّ فيها أدباء الأندلس من اهل الشرق ليبدعوا أدباً نابعا من حياتهم.[1]

  1. المرحلة الأولى: تمتدّ طيلة العهد الأموي و تستغرق نحواً من ثلاثة قرون. موادها ان الشعراء و الكتاب الذين ظهروا فى هذه الفترة كانوا شديدي الصلّة بأرض المشرق الّتي انطلقوا منها بينهم الحجازي, و اليمنى, و الشامي, و العراقي و كلّهم كانوا يحنون إلى الربوع الّتي فارقوها. فاذا الشعراء الأولّون يتّغنون بارض نجد و بلاد الشام و اليمن و ينظمون شعرهم على النحو ما كان اهل الشرق ينطمونه. و لقد ظهر التقليد فى كلّ شيءٍ, فى المعاني و الأساليب و الأخيلة و الصور و الموضوعات و راج المديح و الهجاء و الرثاء و الغزل و الخمريّات.[2]

فلمّا ظهر الجيل الثاني ترسم شعرءه خطي من سلفهم لأنّهم كانوا شديدي التأثر بهم و لم تكن الفترة الزمنيّة كافيّة لأنّ تجعلهم يذوبون فى البيئة الجديدة, فقد ظلوا يحسون انّهم غرباء, و ظلّت صلتهم بالمشارقة و حنينهم الى مقاسط رؤوس ابائهم أشد. فاذا بهم ينسجون على منوالهم فى الاوزان و الأغراض و المعاني و الأساليب لكنّهم يقصرون عنهم تقصير المقلّد عن المبدع. نرى ذالك فى شعر ابن عبد ربه و ابن هانئ و ابن شهيد و ابن درّاج القسطلى بحيث تقع على مطالع غزليّة تقليديّة و وصف للطلول و للناقة و الثور و الوحي و الصحراء و خيام البدو وما الى ذالك.

و انّه لمن مقتضيات ناموس التطوّر ان لا يتجد الأدب الأندلسي طفرةً واحدةً, و لكن ليس طبيعيّا أن يظلّ تقليديّا ثلاثة قرون تقريباً, لولا أن شعراء الأندلس كانوا شديدي المحافظة على التقليد التقديم, لشعورهم بالضعف حيّال المشارقة و لكثرة ما اهتدي اليه شعراء المشرق من وجوه الإجادة و الإبداع . و لسان نلوم هولاء الأندلسيين اذا كانوا يحاولون تقليد ابي نواس و مسلم بن الوليد و ابي تمام و البحتري و ابي الطيّب المتنبّي و سواهم من قمم الشعراء المشرقي فى تلك الفترة من الزمن.

أماّ فى النثر, فإنّ الأندلسيين الأولين لم يكونوا متقدّمين على النحو ما كان كتّاب أو اخر العصري الأموي, أ وائل الأعصر العبّاسي فلم يعرفه بينهم من كان له شأن عبد الحميد الكاتب و لا شأن ابن المقفّع أو الجاحظ او سهل بن هرون. وان أولّ اديب اندلسي بالمعنى الصحيح كان مشرقيّا هو ابو على انقالي الذى استخدمه عبد الرحمن الناصر ليقوى به مملكته, اذ لم تجد فى بلاده معلمين كبارا قادرين على نشر الثقافة العربيّة بين اندلسي فعمل ابو على ذالك و قد ظلّ فى قرطبه يبث علمه حتي توفّى سنة 358 ه بعد ان اقام فى الربوع الأندلسي ثمانيّة و عشرين عاماّ.

و قد عاصر ابا على فى أواخر ايّامه أديب اندلسي المولد هو ابن عبد ربه. ألّف كتاب العقد الفريد وهو على نسق الأمالي لكنّه اوسع منه و أكثر عمقـــا, نقل فيه إلى أهل الأندلسي معارف المشارقة. ولقد روي عن الصاحب بن عباد هوه أديب كبير من أدباء الشرق انذك و وزير من وزراء الدولة البويهيّة انّه لما وصل اليه كتاب العقد الفريد قال : هذه بضاعتنا ردّت الينا, و معنى ذالك انّه كان ينتظر ان يجد فى كتاب اندلسى شيئا جديدا فما وجد. فهذه الظاهرة تدلّ على دلالة واضحة على مدى تقليد أهل الأندلس للمشارقة.

و مما امتازت به المرحلة الأولى أيضا النشاط اللغوي فقد بذذر العرب الأولون القادمون من المشرق بذورها ثم تعهدت ابو على القالي بالعناية و تخرج على يديه لفيف من الأدباء و اللغويين امثال ابن القوطيّة و هو مّؤلف كتاب الأفعال و أبي بكر الزبيدي صاحب كتاب ” أخبار النحويين” و ابن السيّد البطليسوى صاحب كتاب ” الأقتضاب” وسواهم كثير.

  1. 2.      المرحلة الثانيّة: وهي المرحلة انتقال من التقليد الى التجديد, ادراك الأندلسيون خلالها شخصيتهم و تحقق لهم التأثر الفعلي بالبيئة الأندلوسية وانمط الحياة فيها كما تعمّقت جذور الثقافة فى أراضيهم. و هكذا ظهرت ملامح التجديد فى كلّ من الشعر و النثر من غير ان يزول التقليد زوالاً نهائيّاً ثم انّ التقليد الأندلسيين للمشارقة المجددين هو نفسه لا يخلوا من تجديد.[3]

و أبرز المظاهر التجديديّة فى الشعر الأندلسي بأنّ تلك الفترة الواقعة بين أوائل القرن الخامس الهجري و أواخر القرن السادس و تتجلّى فى :

  1. العناية بالشكل, فقد فهموا الشعر عمليّة غنائيّة فنّية اكثر منه عمليّة فكريّة فصرفوا اهتمامهم الى الموسقي و الألفاظ و رشاقة التعبير و خفّة الوزن حتّى بات الشعر الأندلسي فى هذه المرحلة يمتاز عن الشعر للمشارقة بهذه الحفّة و أشراق الديباجة و قرب المتناول.
  2. الإقلميّة, و مؤادها ان الأندلسيين من الأاجيال المولّدة نسوا اوطان ابائهم و اجدادهم و راحوا يصفون بيئتهم وما فيها من خصب و جمال و مستحدثات خضارة و تعلّقوا بها تعلّقا زاده حدّة ما كانوا يلقونه من عيون تتفتّح على تلك الجنان و اطماع تمتدّ الى معاقل العرب فى الأندلوس. و هكذا سادت لبشعر الأندلسي اقلميّة واضحة المعالم. فإذا الشاعر ينفعل اشدّ الأنفال لمرأى الأرض الّتي ترعرع عليها و تكوّنت ذكريات الصبّا و الشباب بين حنايها فينظلق لسانه بغناء عذب رقيق يصوّر لنا مفاتن البلاد ومحاسنها على النحو ما نرى فى الشعراء ابن حمديس وابن عبدون وابن خفاجة و لسان الدين بن الخظيب و ابن زيدون وابن عمار و المعتمد بن عباد و سواهم
  3. المشحات, مر بنا أن المرشحات من اختراع أهل الأندلس و انّها شعر جديد يختلف تمام الإختلاف عن القصيدة الكرسكيّة فى اوزانه و قوافيّة و شروط تركيبه. و ان كان لا يختلف عنها فى موضعاته. و لقد و ضعت الموشحات للغناء و استخدمت فى شتى الاغراض لكن أبرز ما عنيت به : الخمريّات و العزل و وصف الطبيعيّة و هذه الموضوعات متّصل بعضها ببعض فى حياة الاندلسي.

النثر فى المرحلة الإنتقاليّة        : فى هذه المرحلة حذا الحكّام و ملوك الطوائف خذو المشارقة فى الإهتمام بالدواوين و اختيار اصحاب الأقلام و الأساليب الأدبيّة الرافعيّة للعمل فيها و فرقّي الترسل و تنافس الكتاب فى تجويد الانشاء و كتابة المقالات و المؤلّفات و اصبح النثر الأندلس ذا مقام الرفيع و تعزز الكتاب و عظمت قيمتهم و تولّوا المناصب العاليّة حتّى بلغوا الوزارة كما بلغهما كتاب المشارقة.

فابن حزم وزر للامويين و لسان الدين بن الخطيب و زرّ لملوك غرناطه وابن زيدون وزر لبني جهور. وفي هذا العهد كثرت المؤلّفات النثريّة فتناولت اللغة و الأدب و الدين و التاريخ و الفلسفة و العلوم و الشؤون السياسيّة و العسكريّة الديوانيّة

أما أبرز مميّزات النثر الاندلسي كذاك, فالأناقة و الترسل و العناية بالأخراج والأساليب و الحرص على السمو و التفتن فى استخدام الوان الكلام و توفير.

  1. أما المرحلة الثالثة: هي المرحلة التجديد تعني المرحلة الأخيرة من نهضة الأدب الأندلسي, حيث بلغ فيها ذروته شعرا ونثرا. وقد رافق فى ذلك ازدها الحركة الفكرية ونهضة العلوم والمعارف. أما الشعر, فقد تحرر من المشارقة كل التحرر, وصار له اساليبه وفنونه المستمدة من الحياة الاندلسية الخاصة, كشعر الموشحات, وشعر الوصف والشعر الوجدانى, ورثاء الممالك الزائلة, والاستنجاد…الخ. وقد رأينا مدى التجديد فى الموشحات, من حيث الشكل والمضمون, عند درسنا لسان الدين بن الخطيب.[4]

 

المراجع

احمد أبو سعد وغيره, المفيد فى الأدب العربى. بيروت.

الشيخ أحمد الإسكندرى والشيخ مصطفى عنانى, دار المعارف: مكة

Yatim, Badri, Dirasah Islamiyyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993)

Team IKIP Malang, Penyederhanaan dalam Pembahasan Kesusasteraan Arab dan Sejarahnya. (Malang: 1976)


[1] جوزيف الهاشم وغيره, الكتاب المفيد فى الأدب العربي 653

[2] Ibid 653

[3] Ibid 655

[4] Ibid 656

nahwu baghdad

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Ilmu nahwu memang telah menjadi sebuah disiplin ilmu yang telah di gemari oleh sebagian besar orang-orang salaf. Berbagai aliran yang ada dalam pembahasan nahwu memang seringkali menimbulkan berbagai argumentasi di berbagai kalangan para pemikir sejarah khususnya kajian tentang aliran nahwu seperti aliran basrah, kuffah, baghdad, mesir dan lain-lain.

Dari keberagaman perspektif dan konsep dalam nahwu inilah timbul sebuah aliran dan pemikiran dari negara-negara arab dan dengan munculnya berbagai pandangan akan gramatika bahasa arab yang telah menyebar di belahan dunia dan juga banyak di kaji dan di ulas di berbagai buku-buku qowaid yang mampu mengulas akan konsep nahwu yang ada di berbagai belahan negara-negara arab sehingga konsep tersebut mudah di kaji dan di pahami oleh orang-orang awam yang akan mengkaji seputar nahwu maupun aliran nahwu dari berbagai prespektif ilmu.

Munculnya beberapa aliran ataupun mazhab khususnya aliran baghdad ini telah menjadikan permukaan kajian dalam ilmu nahwuharus teliti dalam mengkaji dan menggolongkannya dalam berbagai golongan yang sesuai dengan konsep para ahli nahwu dari segi struktur kalimat, kaidah dalam bahasa dan biografi ahli nahwu. Perbedaan yang signifikan yang ada dalam aliran baghdad sangatlah kelihatan dari ulama’ aliran basrah dari biografi dan konsep para ulama’ baghdad dengan ulama’ bashrah, kuffah, mesir.

  1. Rumusan Masalah
  2. Bagaimana Awal  munculnya aliran nahwu di Baghdad?
  3. Siapa ulama’ nahwu yang ada di kota bagdad ?
  4. Apa bentuk manhaj aliran Baghdad?

 

  1. Tujuan Masalah
  2. Mengetahui dan memahami awal munculnya aliran nahwu di Baghdad.
  3. Mengetahui ulama’ nahwu yang ada di kota Baghdad.
  4. Mengetahui manhaj aliran Baghdad

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.   Perkembangan Nahwu Aliran Baghdad

Pada abad keempat hijriyah para ahli nahwu Baghdad memunculkan metode baru dalam ilmu nahwu, yaitu dengan memilih yang terbaik dari kedua pendapat aliran nahwu yang telah ada, Basrah dan Kufah.Hal ini bermula ketika mereka belajar nahwu kepada dua tokoh yang berbeda aliran, yaitu Tsa’lab dan Al-Mubarrad kemudian mulai mempertemukan kedua aliran tersebut hingga memunculkan aliran baru yang dapat dibedakan dari keduanya.[1]

Munculnya aliran tersendiri ini sempat membuat bingung para penulis biografi para ahli nahwu. Hal ini disebabkan karena ahli nahwu aliran baghdad ini ada yang condong kepada aliran Basrah dan ada pula yang lebih condong kepada aliran Kufah. Oleh karenanya, ada yang menggolongkan sebagian dari mereka ke dalam aliran Kufah, Basrah, dan ada pula yang menggolongkannya dalam kelompok aliran tersendiri[2].

Para pakar kontemporer bahkan berusaha menafikan aliran Baghdad ini dengan alasan bahwa dua orang pembesar aliran ini, yaitu Abu Ali Al-Farisi dan Ibn Jinni menisbatkan diri mereka sendiri ke dalam aliran Basrah[3].

Generasi awal aliran Baghdad ini memang cenderung kepada pendapat aliran Kufah. Oleh karenanya, mereka kadang disebut sebagai pengikut Kufah dan kadang pula disebut sebagai pengikut aliran Baghdad.Tokoh terpenting dari generasi awal ini adalah Ibn Kaisan (w. 299 H), Ibn Syuqair (w. 315 H), Ibn al-Khiyath (w. 320 H).

Kemudian, muncul tokoh seperti Az-Zajjaji, Abu Ali Al-Farisi dan Ibn Jinni yang mana cenderung kepada pendapat aliran Basrah.

Berikut sekilas biografi beberapa tokoh aliran Baghdad ini:

  1. Ibn Kaisan

Beliau adalah Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad bin Kaisan. Beliau wafat pada tahun 299 H. Beliau belajar nahwu dari Tsa’lab dan Al-Mubarrad.Bahkan Ibn Mujahid mengatakan bahwa beliau ini lebih menguasai nahwu daripada kedua gurunya tersebut. Beberapa tulisan beliau adalah kitab Ikhtilaf al-Bashriyyin wa al-Kufiyyin fi an-Nahwi, Al-Kafi fi an-Nahwi, At-Tasharif, Al-Mukhtar fi ‘Ilal an-Nahwi.[4]

  1. Abu Ali al-Farisy[5]

Nama lengkapnya Abu Ali al-Hasan bin Abdul Ghafar bin Muhammad bin Sulaiman bin Abaan. Dia dilahirkan di Fasapada tahun 288 H. Dia pergi ke Baghdad pada tahun 307 H, belajar nahwu dan Zujaj, Mubraman, Akhfas, dan Nafthawaih; belajar linguistik[6]dari Ibnu Duraid, belajar qiroat dari Bakr Ibnu Mujahid. Dia merupakan pengikut Mu’tazilah dan ada juga yang mengatakan dia merupakan pengikut Syiah.Karyanya Kitab Tafsir tentang   ياايها الذين امنوا اذا قنتم الى الصلاة  Kitab Hujjah fil-Qira’at (kitab ini berisi tentang hujjah beliau bahwa setiap qiroah didukung oleh linguistik dan puisi), Kitab at-Tatabbu’ li Kalam Abi Ali al-Jabai (ilmu kalam), Kitab al-Ighfal (yang dilupakan az-Zujaji dalam ma’aniihi) Kitab Naqdul-Nadhur, Syarh Abyat ‘an I’rab (idhoh siir), Mukhtashar ‘Awamil i‘rab.

Puisinya: (خضيت الشيب لما كان عينا خضب والشيب اولى ان يعاب   ) “Aku mengecat ubanku karena terasa ada aibnya, karena mengecat uban lebih baik dari pada mendatangkan aib”. Abu Ali al-Farisi meniggal di Baghdad pada hari tanggal 17 Rabiul Awal tahun 377 H, umurnya 92 tahun. Dimakamkan di Sunaiza.

  1. Ibnu Jinni[7]

Nama lengkapnya Abu al-Fath Utsman bin Jinni, dilahirkan di Mosul sebelum tahun 330 H (ada yang mengatakan dia dilahirkan pada 320 H). Beliau berguru kepada Ibnu Muqsam, Abu al-Faraj al-Asfihani, Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad dikenal dengan Imam Akhfas dan Abu Sahl al-Qattam. Dalam syarah kitab Al Mutanabbi dia berkata:”Ada seseorang yang bertanya kepada Abu Thayyib al-Mutanabbi tentang bait puisi: او لم تصبر باد هواك صبرت. Bagaimana huruf alif masih tetap pada kataتصبراpadahal adaلم jazm, mestinya diucapkan denganلم تصبرMutanabbi menjawab: seandainya ada Abu al-Fatah disini, pasti beliau menjawab: alif padaتصبراmerupakan badal dari nun taukid khafifah. Asalnya: لم تصبرنnun taukid khafifah[8]disini jika waqf diganti dengan alif. Karyanya dalam ilmu nahwu: Kitab Ta’aqub fil-‘Arabiyah, Kitab Mu‘rab, Kitab Alfadz min Mahmuz, Kitab Mudzakar wa mu’anats, Kitab Khasha’is, Kitab Sirr Sina‘atul I’rab, kitab Idzal-Qadd (kumpulan kuliah Abu Ali al-Farisi) Kitab Mahasinil-‘Arabiyah, Kitab Tadzkirah al-Ashibaniyah, Kitab Tabshirah. Dalam ilmu sharf : Kitab Jumal Ushulut-Tasrif, Kitab Mushannif (Syarh Tasriful-Mazni), Kitab Tasriful-Muluki. DalamIlmu ‘Arud: Kitab ‘Arudh wal-Qawafi, Kitab Kaafi (Syarh Kitab Qawafi lil-Akhfasy). Dalam ilmu sastra dan puisi: Kitab Syi‘ir (Syarh Diwan al-Mutanabbi), Kitab Ma’ani Abyat Mutanabbi dll.PuisinyaBeliau mempunyai teman tetapi temannya menceritakan aibnya, kemudian beliau membalasnya dengan melantunkan puisi :

صدودك عنى ولا ذنب لى يدل على نية فا سدة

“Penentanganmu kepadaku menujukkan niat yang merusak tidak ada dosa bagiku”. Beliau meninggal di Baghdad pada hari Jum’at bulan Shofar tahun 392 H, dimakamkan di Suniza disamping makam gurunya Abu Ali al-Farisi, disitu juga menjadi makamnya Syaih Junaid seorang tokoh tasawuf.

  1. Generasi akhir

Yang termasuk golongan ini adalah Ibn asy-Syajariy, Abu al-Barakat Ibn al-Anbariy (w. 577 H) yang menulis buku Al-Inshaf, kemudian Abu al-Baqa’ Al-’Akbariy (w. 616 H), Ya’isy bin Ali bin Ya’isy (w. 643 H), Najmuddin Muhammad bin Ahmad Ar-Rodliy Al-Istirabadiy (w. 686 H), Mahmud bin Umar Az-Zamakhsyari (w. 538 H). Az-Zamakhsyariy adalah penulis Asas al-Balaghah dan juga Tafsir Al-Kasysyaf yang cukup terkenal.Beliau seorang penganut Mu’tazilah.[9]

Di akhir periode ekstensifikasi, Imam Al-Ru’asi (dari Kufah) telah meletakkan dasar-dasar ilmu sharf.Selanjutnya pada periode penyempurnaan, ilmu sharf dikembangkan secara progresif oleh Imam Al-Mazini.Implikasinya, semenjak masa ini ilmu sharf dipelajari secara terpisah dari ilmu nahwu, sampai saat ini. Masa ini diawali dengan hijrahnya para pakar Bashrah dan Kufah menuju kota baru Baghdad. Meskipun telah berhijrah, pada awalnya mereka masih membawa fanatisme alirannya masing-masing.Namun lambat laun, mereka mulai berusaha mengkompromikan antara Kufah dan Bashrah, sehingga memunculkan aliran baru yang disebut sebagai Aliran Baghdad.Pada masa ini, prinsip-prinsip ilmu nahwu telah mencapai kesempurnaan.

Aliran Baghdad mencapai keemasannya pada awal abad keempat Hijriyah. Masa ini berakhir pada kira-kira pertengahan abad keempat Hijriyah.Para ahli nahwu yang hidup sampai masa ini disebut sebagai ahli nahwu klasik. Setelah tiga periode diatas, ilmu nahwu juga berkembang di Andalusia (Spanyol), lalu di Mesir, dan akhirnya di Syam. Demikian seterusnya sampai ke zaman kita saat ini.

  1. Az-Zamakhsyari[10]

Nama lengkapnya Jadullah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad. Dia dilahirkan di Zamakhsyar (sebuah kampung kecil di kawasan Khawarizm) hari Rabu tanggal 27 Rajab 467 H. Sejak kecil telah diajak ayahnya ke Khawarizm (sebuah daerah yang terletak di selatan sungai Jihan, timur laut daerah Khurasan, ditaklukkan oleh Qutaibah bin Muslim tahun 86 H). Khawarizm terbentuk dari dua kata yaitu (Khawar) mempunyai arti matahari, yang ditanam, yang dimakan, dan Zem yang mempunyai arti tanah. Dengan demikian bermakna : tanah matahari, tanah pertanian dan tanah kesuburan. Beliau banyak belajar kepada para ulama di antaranya Mahmud bin Jarir adh-Dhabbi al-Asfihani (Abu Madhor), Abu Ali ad-Darir, Abu Sa’ad al-Baihaqi, dan lain-lainnya. Beliau pernah menikah tetapi bercerai tanpa mempunyai anak dan diungkapkan dalam Pendapatnya dalam puisinya:تزوجت لم اعلم ولم اخطاءت ولم اصب فياليتنى قدمتقبل التزوج

Aku telah menikah, saya tidak tahu, aku telah berbuat salah aku tidak pernah berbuat kebenaran, maka seandainya aku mati sebelum menikah.

فو الله ما ابكى على ساكن الترى ولكننى وابكى على المتزوج

Maka demi Allah tidaklah aku menangis karena kekayaan akan tetapi aku menangis karena telah menikah.

Karyanya: Tafsir al-Kassaf, Kitab al-Faiq fi Gharibil-Hadits, Kitab Ru’usul-Masa’il fil-Fiqh, al-Minhaj fil-Ushul, kitab Dhalatun-Nasid fi ‘ilmil-Faraidh, dalam ilmu nahwu: Kitab al-Mufsil fin-Nahwi, Ammudhuz, Syarh ba’dhi Muksilat, Syarh Abyat Kitab Sibawaih, dan Shamim ‘Arabiyah, dalam ilmu arudh : Kitab al-Qisthas fil-‘Arudh, dalam ilmu sastra : Muqaddimah Adab, A’jabal-‘Ajab fi Syarhi lamiyah al-‘Arab, Rabi‘ul-Abrar, al-Waqud Dahab, Nawabighul-Kalim. Tafsir al-Kassaf[11]merupakankarya monumentalnya,sehingga beliau memuji dalam puisi:

ان فى التفاسير الدنيا بلا عدد وليس منها العمري مثل كشافى

“Sesungguhnya kitab tafsir di dunia sangat banyak jumlahnya, seumur hidupku tidak ada yang sepadan dan tafsir al kassafadalah obatnya”. Beliau meninggal di Jarjaniyah[12] di malam hari Arofah (9 Dzulhijjah) 538 H, setelah kembali dari Mekkah.

C. PAKAR NAHWU YANG TERKENAL DI BAGHDAD

1. Abu Musa Al-Khamidh

Nama lengkapnya adalah Abu Musa Sulaiman bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Dia belajar ilmu nahwu dari Abu Abbas, pada saat dia berusia sekitar 40 tahun.Meskipun demikian, dia juga belajar nahwu dari para pakar nahwu Bashrah.Abu Musa wafat pada malam Kamis tanggal 7 Dzul Hijjah tahun 305 H, dan dimakamkan di Baghdad. Karya-karya peninggalan Abu Musa antara lain yaitu : kitab Khalqu’l-Insan, kitab A’s-Sabaq wa An-Nidhal, kitab An-Nabat, kitab Al-wuhusy dan kitab Mukhtashar fi An-Nahwi.

2. Ibnu Syaqir

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan bin Al-‘Abbas bin Al-Faraj bin Syaqir. Seperti halnya Ibnu Kisan, Ibnu Syaqir juga belajar ilmu nahwu dari para pakar nahwu Kuffah dan Bashrah.Sehingga dia memadukan dua aliran yang berbeda ini. Dia wafat pada bulan Shafar tahun 317 H. Karya peninggalannya antara lain yaitu kitab Mukhtashar fi An-nahwi, kitab Al-Maqshur wa Al-Mamdud, dan juga kitab Al-Mudzakkar wa al-Muannats.

4. Ibnu Al-Khayyath

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Manshur bin Al Khayyath. Dia memadukan aliran nahwu Kuffah dengan aliran nahwu Bashrah sebagaimana Ibnu Kisan dan Ibnu Syaqir.Ibnu Al-Khayyath wafat pada tahun 320 H di Bashrah. Karya-karya peninggalannnya di bidang ilmu nahwu antara lain yaitu kitab An-Nahwu Al-Kabir, kitab Al-Mujaz, dsb.

5. Nuftuwaih

     Nama lengkapnya yaitu Abu ‘Abdullah Ibrahim bin Muhammad bin ‘Arafah bin Sulaiman bin Al-Mughirah bin Habib bin Al-Muhallab bin Abi Shafrah Al-‘Itky Al-Azda Al-Wustho. Lahir sekitar pertengahan tahun 240 H, dan bertempat tinggal di Baghdad. Dia bersaudara dengan Khalid bin ‘Abdullah Al-Muzany. Dia juga termasuk salah satu tokoh yang memadukan aliran Kuffah dan Bashrah, namun dia menolak pendapat yang mengatakan adanya proses etimologi dalam kalam Arab. Nuftuwaih wafat pada hari Rabu tanggal 12 Shafar tahun 323 H di Baghdad, dan dimakamkan pada hari Kamis. Karya-karya peninggalan Nuftuwaih antara lain yaitu kitab At-Tarikh, kitab Al-Iqtisharat, Kitab Gharib Al-Qur’an, kitab Al-Itstitsna’, dsb.

6. Ibnu Al-Anbary

     Nama lengkapnya yaitu Abu Bakar Muhammad bin Abi Muhammad Al-Qasim bin Basyar bin Al-Hasan bin Bayan Ibnu Sama’ah Ibnu Farwah bin Quthn bin Da’amah Al-Anbary. Lahir pada hari Ahad tanggal 11 Rajab tahun 271 H dan wafat sebelum berusia 50 tahun, yaitu sekitar tahun 328 H di Baghdad, dan dimakamkan di dekat makan ayahnya. Ibnu Al-Anbary adalah seorang ilmuwan yang berbudi pekerti luhur dan sekaligus memiliki hafalan yang kuat. Di bidang ilmu nahwu, dia banyak belajar dari para pakar nahwu Kuffah.Karya-karya peninggalannya sangat banyak baik di bidang ilmu nahwu, kebahasaan, sastra maupun di bidang ilmu hadits. Misalnya saja di bidang ilmu nahwu dia menulis kitab Al-Maqshur wa Al-Mamdud, di bidang kebahasaan dia menulis kitab Al-Alqab, di bidang sastra dia menulis kitab (meski belum selesai)dan kitab Gharib Al-Hadits (juga belum selesai) di bidang ilmu hadits.

7. Al-Akhfasy Al-Ashghar

Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali bin Sulaiman bin Al-Fadhl. Dia termasuk salah seorang pakar nahwu yang terkenal yang mempelajari ilmu nahwu dari berbagai pakar nahwu sebelumnya.Dan untuk itu dia banyak melakukan perjalanan meninggalkan Baghdad. Setelah dia kembali ke Bahgdad, dia mulai jatuh dalam kemiskinan hingga pada akhirnya wafat secara mendadak pada tanggal 7 bulan Dzul Qa’dah tahun 315 H dan dimakamkan di pemakaman Qantharah Baradan. Karya peninggalannya yang terkenal antara lain yaitu Sarh kitab Sibawaih, Tafsir Risalah kitab Sibawaih, kitab At-Tatsniyah wa Al-Jam’u, kitab Al-Madzhab fi An-Nahwi, kitab Al-Jarrad dan kitab Al-Anwa’[13]

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. KESIMPULAN

Pada abad keempat hijriyah para ahli nahwu Baghdad memunculkan metode baru dalam ilmu nahwu, yaitu dengan memilih yang terbaik dari kedua pendapat aliran nahwu yang telah ada, Basrah dan Kufah.Hal ini bermula ketika mereka belajar nahwu kepada dua tokoh yang berbeda aliran, yaitu Tsa’lab dan Al-Mubarrad kemudian mulai mempertemukan kedua aliran tersebut hingga memunculkan aliran baru yang dapat dibedakan dari keduanya yakni Bashrah dan Kufah. Oleh karena sifatnya yang ekletis atau pengkombinasian itu, maka mazhab Baghdad tersebut memiliki karakternya sendiri, yaitu tidak terlalu bersifat rasional seperti yang menjadi ciri khas mazhab Bashrah, dan tidak pula terlalu tekstual seperti karakter khas mazhab Kufah. Namun demikian, para peneliti nahwu sering mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi mazhab baghdad ini. Sebab, meskipun disebut sebagai mazhab ekletis dari dua mazhab (Bashrah dan Kufah), para tokoh mazhab ini masih sering menampakan ego masing-masing mazhab asal mereka.

Oleh karenanya, banyak peneliti nahwu meragukan adanya mazhab tersebut. Bagi mereka, apa yang disebut dengan mazhab Baghdad, sebenarnya hanyalah sekedar mencampur adukan dua mazhab (Bashrah dan Kufah) tanpa disertai adanya upaya pencarian identitas maupun karakter tersendiri selain karakter pencampuradukan itu sendiri. Akan tetapi keraguan ataupun penolakan terhadap eksistensi mazhab Baghdad ini disanggah oleh, misalnya, Abd al-’Al Salim Mukrim.


 

DAFTAR PUSTAKA

         Syauqi Dhayf, al-Madaris an-Nahwiyyah

http://forumstudinahwu.blogspot.com/

 


[1] Syauqi Dhayf, al-Madaris an-Nahwiyyah, 245.

[2] Ibid, hal 245

[3] Ibid, hal 245

[4] Ibid,247.

[5] Ibid, hal 255

[6]Menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang tata bahasa atau telaah bahasa secara ilmiyah.

[7] Syauqi Dhayf, al-Madaris an-Nahwiyyah, 265

[8]Nun yang berfungsi sebagai penguat yang dibaca ringan.

[9]Syauqi Dhayf, al-Madaris an-Nahwiyyah,276.

[10] Ibid, hal 283

[11]yaitu kitab tafsir yang penafsiranya cenderung pada kebalaghan,dan beliau adalah seorang tokoh dari mu’tazilah.

[12]yaitu terletak di pinggir sungai jihan,ibukotanya khawarizm.

pembangunan insfratruktur di belantika tanah air

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwasanya pembangunan insfratuktur di belantika tanah air memang mengalami sebuah peningkatan yang pesat. Pembangunan dari gedung-gedung pencakar langit yang kian lama kian merajalela, pembangunan tol-tol yang menyambungkan kota satu dengan kota yang lainnya, dan masih banyak lagi contoh yang real yang menunjukkan banyaknya pembangunan insfratuktur di negara kita tercinta ini. Negara kita yang terkenal dengan lumbung padinya sekarang telah mulai surut akan nama tersebut. Pembangunan yang bersifat multibilateral yang digembor-gemborkan oleh petinggi lembaga ke pihak-pihak luar negeri memang sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia bisnis pembangunan.

Memang di indonesia ini sudah menjadi budaya ataukah nonbudaya, ketika rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh sebuah daerah,kota maupun di negara pastilah pihak penyelenggara selalu memberikan sebuah promosi terhadap pihak luar negeri atau istilahnya membangun relasi dengan orang luar negeri guna mendapatkan bantuan yang agak banyak dengan tujuan bisa memperlancar akan jalan pembangunan yang akan dilakukan ke depannya. Pembangunan yang semakin lama semakin menuai banyak konflik dan problems dari berbagai kalangan dan juga dari para pejabat memang sudah menjadi bumbu yang sedap dalam dunia pembangunan di negara ini.

Seperti contohnya lagi, pembangunan gedung dewan perwakilan rakyat ( DPR ) yang ada di ibukota ini, dulunya akan rampung sesuai rencana pada tahun 2014 dan sudah siap di pakai oleh para anggota dewan yang ada di senayan tetapi apa daya, sebagian mantan anggota dewan yang senior telah menolak dengan good rasional reasens dan argumentasinya agar pembangunan gedung DPR yang berbentuk huruf ” U ”  itu tidak dilaksanakan. Inilah yang kejadian pada bulan-bulan yang silam yang tidak lama kemudian para kubara’ anggota dewan angkat bicara akan pembangunan ini.

Penulis feel confused akan tugas pokok yang di emban oleh para anggota dewan yang sekarang telah nyaman duduk di kursi panas di jajaran dewan. Tugasnya yang vital tidak lain hanya untuk melayani rakyat yang telah memilihnya. Dari aspek pendidikan, sosial dan finansial pun seharusnya para dewan mempunyai kesadaran akan kondisi rakyat yang semakin lama semakin terpuruk belum lagi kondisi ekonomi masyarakat yang semakin lama semakin keras dan terpuruk. Persaingannya dalam dunia insfratuktur di belantika negara kita memang sudah menjadi sasaran empuk dan nikmat bagi mereka-mereka yang mempunyai bisnis besar-besaran dalam membangun insfratuktur. Dengan semakin banyaknya permbangunan yang kian lama kian banyak maka mau tidak mau kita harus merasakan akan dampak yang keluar dari ulah pembangunan insfratruktur tersebut.

Di berbagai kota besar telah ada planning tentang pembangunan yang bernilai miliaran rupiah, seperti di daerah malang. Pembangunan yang akan dilakukan oleh jajaran anggota dewan perwakilan daerah kota malang akan merenovasi gedung dewan dengan rancangan bangunan ala belanda dan kocek biaya yang akan di keluarkan sangatlah besar nominalnya. Belum lagi di daerah mojokerto yang sekarang akan masih dalam tahap pembangunan tol jurusan mojokerto-surabaya.

The other side, memang secara realita pembangunan insfratruktur yang terjadi di berbagai kota besar memang menyesuaikan dengan kondisi zaman yang semakin lama semakin maju. Mungkin inilah yang menjadi main factor supaya realisasi pembangunan insfratruktur di belahan republik ini semakin terealisasikan dengan komperhensif di berbagai daerah dan kota-kota besar. Berbagai good planning juga bisa mendorong akan cepatnya pembangunan yang bisa dikatakan sebagai gedung pencakar langit atau semacamnya. Tetapi mari kita lihat bagaimana kondisi masyarakat sekitar ketika pembangunan insfratruktur yang kian lama kian banyak semakin kokoh dan besar seiring berjalannya waktu dan masa ?

Jawaban yang pasti dan konkrit tidak lain hanyalah sengsara dan menderita. Inilah asumsi jawaban yang akan terjawab ketika pembangunan itu terealisasikan. Kebijakan-kebijakan yang dulunya sangat membangun akan citra dan martabat masyarakat untuk bangsa dan negara kita tercinta dan menunjang akan keprogresifan masyarakat dalam mengembangkan dan menjaga amanat bangsa akan semakin surut karena dampak yang sangat keras akan pembangunan tersebut. Mungkin masih banyak belum mengetahui akan hal seperti ini, tetapi waktu yang akan menjawabnya dengan bijaksana seiring berkembangnya zaman. Semua yang belum kita fikirkan lambat laun akan terjadi karena ada satu cause tidak lain hanyalah kemajuan zaman di eraglobalisasi saat ini.  


Kenapa mesti diam wahai mahasiswa ?

Penulis memang mempunyai alasan tertentu kenapa hal demikian di tulis. Hal yang paling vital adalah ketika diskusi yang ada dalam kelas. Sebagian besar para mahasiswa selalu diam seribu bahasa kalau sudah mulai diskusi dan di buka pertanyaan akan seputar diskusi tersebut. Factor apa yang membuat keadaan mahas iswa begitu. Keadaan demikianlah sangat harus di perhatikan ketika diskusi oleh kalangan mahasiswa. Begitu nikmatnya kalau diam ketika diskusi di dalam kelas maupun forum diskusi. Seandainya diskusi itu berjalan dengan bagus pasti akan menimbulkan kesan dan nilai tersendiri bagi para mahasiswa.

Kediaman mahasiswa ketika diskusi sangatlah menimbulkan sebuah kontroversi yang sangat beragam.Adadua asumsi yang biasanya ada di bingkai benak mahasiswa yaitu faham akan materi btersebut sehingga tidak ada yang Tanya dan juga tidak faham akan tema dan judul tersebut. Kedua asusmi tersebut sangatlah sering di kemukakan oleh sebagian mahasiswa dalam sebuah perkuliahan. Perkuliahan memang merupakan sebuah fasilitas yang akan menunjang akan apa yang di inginkan oleh kalangan para mahasiswa/i. begitu beratnya menyangdang gelar mahasiswa yang secara tekstual kata maha tersebut adalah seharusnya di gunakan oleh sang pencipta. Tetapi dengan menyandang kata maha tersebut seorang mahasiswa seyogyanya bisa merefleksikan akan gelar yang di sandangnya.

Seharusnya kata mahasiswa mempunyai keilmuan yang tinggi akan ilmu pengetahuan yang di milikinya. Tetapi realita yang ada dalam kenyataan kita sekarang tidak demikian. Mahasiswa yang sukanya kuliah pulang akan sedikit sekali memperoleh ilmu maupun pengetahuan di bandingkan mahasiswa yang ikut organisasi. Mahasiswa yang akademisi biasanya kalau diskusi hanya menjadi pendengar setia akan tema dan judul yang di presentasikan ketika itu. Sedangkan perbedaan jauh akan terlihat oleh mahasiswa yang ikut organisasi, mahasiswa yang ikut organisasi biasanya mengikuti faham kritis akan apa yang di ucapkan oleh para pemateri ketika presentrasi di kelas. Kekritisan tersebut akan menjadi sebuah barometer tersendiri bagi mereka yang organisatoris di dunia perkuliahan.

Berbagai suasana yang ada di kelas ketika diskusi akan menuai banyak masalah di antaranya ketidakseruan ataupun ketidakkondusifan kelas dalam sebuah diskusi. Suasana yang ada hanya ketenangan dan kesunyian, suara mahasiswa yang kritis lah yang di harapkan mahasiswanya yang akan bersuara. Begitulah kondisi mahasiswa yang setiap perkuliahan khususnya ketika presentasi diam dan diam. Memang diam secara agamis memang bagus tapi asalkan diamnya dalam tanda kutip menjauhi dari ucapan yang jelek dan tidak baik. Sekarang konteksnya bukanlah baik dan tidak baik tetapi sepatutnya seorang mahasiswa ketika diskusi berjalan dengan a lot mempunyai keberanian yang bagus dan jitu untuk menyampaikan ilmu yang di ketahuinya dan yang di perolehnya selama ini.

Dosen yang biasanya memberikan saran kepada mahasiswa yang superaktif hanya meluruskan apa yang didiskusikan ketika diskusi berjalan apabila ada kesalahan ketika itu dan dosen juga harus adil dan bijaksana ketika memberikan nilai kepada para mahasiswa yang aktif di kelas dan siapa yang kurang aktif dalam sebuah diskusi. Pemberian motivasi agar selalu aktif di kelas khususnya ketika diskusi oleh dosen sangatlah berpengaruh dalam keadaan mahasiswa.wallahu a’lam